Beranda | Artikel
Surah yang Memuat Sepertiga Al Quran
Kamis, 11 November 2021

Edisi 1808

Muqaddimah

Surah Al Ikhlash, sebuah surah di dalam Al Quran yang kandungannya seperti kandungan sepertiga bagian dari Al Quran. Perumpamaan tersebut menunjukkan penting dan agungnya kandungan Surah Al Ikhlas.

Mari kita simak sedikit pembahasan mengenai kandungan Surah Al Ikhlas agar kita dapat mentadaburi dan mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Surah Al Ikhlas dan sebab turunnya

Surah Al Ikhlas merupakan surah ke-112 dan terdiri dari 4 ayat. Mayoritas ulama berpendapat bahwasanya surah ini tergolong ke dalam surah makkiyyah (surah yang diturunkan sebelum Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hijrah) ( Lihat Tafsir Jalalain hal. 604). 

Surah ini dinamakan dengan nama Al Ikhlas dikarenakan kandungan surah ini murni berisi tauhid dan tentang sifat-sifat Allah Ta’ala (Lihat Syarah Aqidah Wasithiyyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal. 157).

Sebab turunnya (Asbabun Nuzul) surah Al Ikhlas tercantum dalam hadits riwayat At Tirmidzi no. 3364 (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani), yaitu ketika orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan perkataan, “Sebutkan nasab (silsilah keturunan) Rabbmu kepada kami!” Maka Allah Ta’ala menurunkan surah ini.

 

Kandungan Surah Al Ikhlas

Kandungan dari surah ini adalah pernyataan bahwa Allah Ta’ala berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan dan tuduhan tak layak lainnya, semisal tuduhan bahwa Allah punya anak. Selain itu, surah ini membahas sifat-sifat khusus bagi Allah, yang menunjukkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan satu-satunya yang berhak untuk disembah.

Surah ini juga menjelaskan tentang syarat Tuhan yang benar, di antaranya:

  1. Harus Maha Esa
  2. Tidak membutuhkan siapa pun. Justru segala sesuatu membutuhkannya
  3. Tidak boleh dilahirkan dan tidak juga melahirkan
  4. Tidak boleh ada yang sama atau setara dengan-Nya

Empat persyaratan ini hanya terpenuhi pada Allah Ta’ala saja. Apa yang dianggap sebagai tuhan dalam agama lain tidak memenuhi keempat persyaratan ini. (Lihat Tafsir Juz Amma, Dr Firanda Andirja, Lc., M.A. hal. 703-704).

 

Tafsir per ayat

Ayat Pertama: “Qul huwalloohu Ahad

Artinya : “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah Yang Maha Esa”

 

Penjelasan:

Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa. Allah tidak butuh rekan maupun pembantu. Tidak ada yang dapat menyamai maupun menandingi Allah. Tidak ada yang serupa dengan-Nya (Tafsir Ibnu Katsir halaman 2050).

 

Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam segala hal kebaikan. Ke-Maha-Esa-an Allah meliputi:

  • Rububiyyah-Nya, yaitu Allah Maha Esa dalam menciptakan, mengatur, dan memilikialam semesta secara mutlak. Tidak ada yang menyertai, membantu, atau pun yang serupa dengan-N
  • Uluhiyyah-Nya, yaitutidak ada yang berhak disembah selain diri-N
  • Asma`dan shifat-Nya, yaitu tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sesempurna atau seagung diri, nama, atau pun sifat-sifat-N  

 

Seandainya seluruh makhluk berkumpul untuk menciptakan sesuatu seperti yang Allah ciptakan, mereka tidak akan mampu untuk melakukannya. Bahkan untuk menciptakan hewan yang sangat kecil seperti lalat atau biji tumbuhan pun mereka takkan mampu melakukannya.

 

Sangatlah aneh jika ada keyakinan bahwa ada makhluk yang mengatur dan menguasai sesuatu semacam klaim bahwa Nyi Roro Kidul menguasai dan mengatur pantai selatan dan semisalnya. Keyakinan ini batil. Siapa pun yang meyakini bahwa ada yang berhak untuk mengatur dan menguasai alam semesta selain Allah maka ia telah terjatuh ke dalam kesyirikan

(Lihat  Tafsir Juz Amma, Dr Firanda Andirja ,Lc. M.A., hal 708-710).

 

  • Ayat kedua: “Alloohush Shomad”

Artinya: “Allah tempat meminta segala sesuatu”

Penjelasan :

Salah satu makna Ash Shomad adalah “Yang Maha Sempurna dalam sifat-Nya”. Maksudnya, Allah Maha Sempurna dalam setiap hal, baik ilmu-Nya, kemampuan-Nya, hikmah-Nya, ‘izzah-nya, kemuliaan-Nya, dan juga Allah Maha Sempurna di setiap sifat yang dimiliki-Nya (Lihat Syarah Aqidah Wasithiyyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, hal. 160-161).

 

Allah tidak membutuhkan apa pun. Justru Allah Ta’ala yang sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk-Nya. Allah adalah tempat meminta segala sesuatu, karena Allah adalah Tuhan yang Maha Sempurna.

 

  • Ayat ketiga: “Lam yalid wa lam yuulad”

Artinya: “Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”

 

Penjelasan:

Ayat ini menegaskan dua ayat sebelumnya, yaitu tentang nama dan sifat Allah Ash Shomad dan Al Ahad. Allah tidak beranak. Jika Allah beranak, berarti anak tersebut akan sama atau sempurna seperti Allah Yang Maha Sempurna.

 

Padahal di ayat setelahnya disebutkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang sama atau mirip dengan-Nya. Hal ini juga berkonsekuensi timbulnya cacat dan ketidaksempurnaan pada nama Allah Al Ahad dan Ash Shomad, karena ada yang serupa dengan-Nya.

 

Allah juga tidak diperanakkan atau dilahirkan. Jika Allah dilahirkan, Allah akan butuh kepada yang melahirkan, sehingga menyebabkan timbulnya cacat dan ketidaksempurnaan lainnya.

 

Ayat ini juga menjadi bantahan terhadap tuduhan yang diberikan kepada Allah, seperti tuduhan orang Nasrani bahwa Allah punya anak. Maha Suci Allah dari segala tuduhan yang ditujukan kepada-Nya.

 

Sangat mengherankan jika ada orang Islam yang dengan mudahnya memberikan ucapan selamat Natal kepada kaum Nasrani. Padahal hari Natal adalah hari penghinaan kepada Allah, karena merupakan hari perayaan lahirnya Isa sebagai anak Allah, bukan lahirnya sebagai nabi (Lihat  Tafsir Juz Amma, Dr Firanda Andirja ,Lc..M.A., hal. 712).

 

  • Ayat keempat: “Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad”

Artinya: “Dan tiada sesuatu pun yang setara dengan-Nya”

 

Penjelasan:

Ayat ini juga merupakan penegasan dari ayat sebelumnya dan penegasan untuk keagungan, kemuliaan, serta kesempurnaan sifat-sifat Allah. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana sifat Allah dengan pikiran kita, karena sifat Allah merupakan sifat yang sempurna.

 

Kemampuan kita untuk membayangkan sesuatu tidaklah sempurna. Apapun yang terbayang dalam diri kita mengenai bagaimananya sifat Allah tidaklah benar. Hal ini karena tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, sebagaimana firman Allah (yang artinya):

 

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat” (Q.S. Asy Syu’ara ayat 11).

 

Keutamaan Surah Al Ikhlas

Keutamaan surah Al Ikhlas adalah kandungannya seperti sepertiga Al Quran. Keutamaan disini bukan dalam segi balasan pahalanya, namun dari segi kandungannya. Karena Al Quran memuat 3 kandungan pokok, yaitu:

  1. Tauhid dan akidah
  2. Kisah-kisah
  3. Hukum

 

Surah Al Ikhlas ini memuat kandungan tauhid atau akidah, sehingga seseorang yang membacanya seolah-olah telah membaca sepertiga bagian dari Al Quran. Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tentang kemuliaan surah Al Ikhlas.

Dari Abu Darda’, dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Apakah seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al Qur’an dalam semalam?”

 

Mereka mengatakan, “Bagaimana kami bisa membaca sepertiga Al Qur’an?” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “ ‘Qul huwalloohu ahad’ itu sebanding dengan sepertiga Al Qur’an.” (H.R. Muslim).

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus seseorang kepada sekelompok pasukan. Ketika orang itu mengimami yang lainnya di dalam shalatnya, ia membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan “qul huwalloohu ahad”.

Tatkala mereka kembali pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau pun bersabda, “Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?

Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia pun menjawab, “Karena surah ini (mengandung) sifat Ar Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surah ini.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya” (H.R. Bukhari).

 

Waktu dianjurkan membacanya

Terdapat beberapa waktu yang dianjurkan untuk membaca surah Al Ikhlas, di antaranya:

  1. Dibaca bersamasurah Al Kafirun (di sholat sunnah qobliyah subuh) . Surah Al Ikhlas dibaca pada rakaat kedua, sedangkan surah Al Kafirun dibaca saat rakaat pertama.
  2. Ketika mengerjakan sunnah ba’diyah maghrib.
  3. Pada rakaat ketiga shalat witir 3 rakaat.
  4. Ketika mengerjakan sholat maghrib pada rakaat kedua di malam Jumat.
  5. Membacanya 10 kali akan dibangunkan istana di surga. Adapun untuk waktunya bebas sebagaimana yang tertera pada hadits,

 

“Siapa yang membaca ‘qul huwallahu ahad’ (surah Al-Ikhlas) sampai ia menyelesaikannya sebanyak sepuluh kali, maka akan dibangunkan baginya istana di surga.” (H.R. Ahmad 3:437. Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguat).

 

Demikian beberapa keutamaan Surah al Ikhlas dan amalan-amalan yang dapat kita lakukan dengannya. Semoga kita dapat memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Allahu A’lam.

Penulis : David Erlangga C. (Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Muroja’ah :Ustaz Abu Salman, B.I.S. Hafizhahullah 


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/surah-yang-memuat-sepertiga-al-quran/